"Orang Boleh Pandai Setinggi Langgit, Tapi Selama Ia Tak Menulis, Ia Akan Hilang Di Dalam Masyarakat dan Dari Sejarah" -Pramoedya Ananta Toer

Thursday, January 18, 2018

Tiga Jam dipantai Tanjung Layar, Sawarna

"Kepada kopi yang ada di sampingku "maaf, aku tidak bisa bercerita denganmu, cukup kau menemaniku saja"

Aku ceritakan semuanya kepada lautan, batu karang akan menjadi saksi.
bagaimana tidak kuceritakan kepada lautan, hidup ini tentu banyak rintangan, pilihan dan juga masalah. Tentu dibalik itu semua butuh yang namanya "brainwash".

Saat melewati hari demi hari dengan ceritanya yang begitu beraneka makna, dan saat berada di puncak kejenuhan, terkadang membuat ku terlupa bagaimana berfikir dengan jernih. Rasa takut dan cemas menghantui, entah untuk apa rasa itu?. Rasa penuh kekurangan dan lemah, tak mampu bergerak, hilang percaya diri.

"Jangankan untuk melihat masalalu, melihat masadepan saja rasanya sudah tak sanggup" Rasa yang menjadikan hati kelam dan wajah meredup. Tatkala dunia menyuguhkan jalan yang tak sejalan dengan hatinya, atau tak membuatnya merasa menjadi dirinya, ketika itu ada perasaan menyesal yang menyelimuti fikiranku.

Aku yang apa adanya ini selalu dibayangi hal-hal yang tak pasti. Ada rasa yang tak teguh di dalam diri. Murung dan tak bersemangat. Untuk melewati masa yang penuh lika-liku, ini seharusnya tak ada rasa guyah yang perlu datang menghantui. Mengusirnya jauh pergi, tak sudi memberikan sebuah tempat di dalam hati.

Jiwa yang lemah dan berlumur dosa ini, selalu menangis meminta petunjuk jalan yang benar. Ia terlalu mudah digoyahkan dengan sedikit guncangan yang merobek ke dalam prinsipnya. Melihat respon yang terlalu menyudutkannya.

Namun ku harus yakin bahwa segala upaya insya Allah akan menuai hasil dan hikmah. Dengan segala keterbatasan, kekurangan dan kekhilafan yang bahkan seolah-olah menyirnakan segenap kelebihannya, yang cukup membuatnya menekur ke tanah setiap hari, langkah kakinya pasti tetap akan berjejak meskipun hanya setitik debu. Ia tak akan sia-sia selama ia yakin akan membuat Tuhannya tersenyum. Itu cukup membuatku tenang.

Sepertinya aku merindukan rumah, tempat yang penuh kebahagiaan. Terlalu jenuh itu juga tidak baik, namun ku tetap harus melewatinya dengan baik, sebaik-baiknya yang aku bisa. Aku tak ingin kehilangan semangatku. Ya Allah teguhkanlah pendirianku. Aku harus kuat bagai ombak di laut, dan harus teguh bagai bebatuan di tepi pantai.


"Terimakasih, kau sudah menemaniku bercerita kepada lautan" - Segelas Kopi


Tanjung Layar, Sawarna 17 jan 2018

No comments:

Post a Comment

Hei Kamu yang Sedang Berjuang di Perantauan: Jangan Menyerah, Pantang Pulang Sebelum Meraih Kesuksesan! Ya, momen perjalanan atau kesempa...