"Orang Boleh Pandai Setinggi Langgit, Tapi Selama Ia Tak Menulis, Ia Akan Hilang Di Dalam Masyarakat dan Dari Sejarah" -Pramoedya Ananta Toer

Sunday, August 20, 2017

Surat Kecil Untuk Palestina


Lewat tulisan kecil dalam surat ini, yang entah akan sampai atau tidak yang akan kau baca atau tidak, izinkanlah aku menulisnya agar aku merasa tenang. Lewat surat ini pula aku berharap agar kau tak merasa sendirian, aku disini untuk mendengar dan berbagi keluh kesahmu.

Saudaraku, Belakangan ini suara adzan terdengar begitu menyayat hati, aku teringat akan kondisimu disana. ku dengar kabar bahwa sulit sekali untuk bisa beribadah di dalam Al-Aqsa. Di televisi aku pun melihat para lelaki harus puas dengan shalat berjamaah di jalan raya. Bagaimana dengan dirimu, masihkah adzan terdengar sebagai sesuatu yang indah.

Saudaraku, izinkan aku bertanya tentang apa yang sebenarnya kau rasakan saat adzan berkumandang?. Tidakkah itu sulit untuk sekedar beribadah dengan tenang, tidakkah itu sulit untuk menahan rindu, untuk bertemu dengan sang Penyeru. masihkah adzan berkumandang di sana atau hanya posisi matahari yang menjadi petunjuk pertemuanmu.

Zaman seperti apakah sebenarnya ini saudaraku?, masihkah Hak Asasi Manusia di akui disana?, tidur dengan tenangkah kau saat malam hari, dan makan dengan baik kah kau dalam sehari. kau sudah cantik tanpa riasan make up tapi kesedihan menutupi cantikmu laksana awan kelabu menutupi matahari. katakan padakau apa yang bisa membuatmu bahagia kini?. Biar ku jelaskan pada sang pendengar apa yang bisa membuat kecantikanmu tak tertutupi.


Saudaraku, apa yang kakimu rasakan saat melangkah. bergetar takutkah atau melangkah berani beriring pasrah. katakan padaku bahwa kau tak sedikitpun kehilangan harap tentang masa depan walau aku tak tahu jika aku diposisimu masihkah aku sanggup memikirkan tentang masa depan, Tapi lewat ketidakberdayaanku aku masih berharap bisa membantumu mewujudkan impianmu. Teruslah bermimpi walau itu sulit. Allah juga memeluk mimpi-mimpimu saat kau terlelap.


Bertahun-tahun sudah kisah penderitaanmu ku dengar, maafkan aku yang baru sempat menulis surat. kepercayaanku bahwa Allah akan selalu berada di sisimu membuat aku lupa bahwa Allah menciptakan manusia agar dapat bermanfaat bagi manusia lainnya. Aku menyerahkanmu pada Allah tanpa aku sadari kau juga butuh teman dan dukungan.

Ku tuliskan surat ini agar kau tak merasa sendiri, hanya berupa dukungan kecil yang bisa ku berikan. Ceritakanlah padaku tentang kesedihanmu, katakan padaku semua keinginanmu. Kita mungkin tak akan bisa mencapainya dengan mudah, tapi kita bisa membisikannya lewat doa-doa di sepertiga malam saat semua orang terlelap.

Editor : Mbay
Sumber : Dari Buku dan Televisi Yang ada Dikost. 

No comments:

Post a Comment

Hei Kamu yang Sedang Berjuang di Perantauan: Jangan Menyerah, Pantang Pulang Sebelum Meraih Kesuksesan! Ya, momen perjalanan atau kesempa...